Tagged: renungan

Kapan Menyiapkan Dana Pensiun?

masa tua bahagia

masa tua bahagia

Kapan Menyiapkan Dana Pensiun?

KOMPAS.com – Menjalani masa pensiun bersama pasangan dengan tenang merupakan impian banyak orang. Anda dapat mewujudkannya dengan menyiapkannya melalui perencanaan keuangan yang matang. Kapan waktu tepat mulai menyiapkan dana pensiun? Jika kondisi keuangan Anda serupa seperti Tatik, 38, ibu rumah tangga ini, bersiaplah merencanakan dana pensiun Anda.

Tujuan keuangan yang ditetapkan Tatik di usianya ke-38 adalah memiliki masa pensiun dengan tenang dan pergi haji bersama suami. Kondisi keuangan Tatik pada saat ia menetapkan tujuannya adalah berpenghasilan Rp 4 juta hanya dari gaji suami. Sebagai manajer rumah tangga, Tatik mengeluarkan uang Rp 2,5 juta per bulan untuk pengeluaran rutin rumah tangga. Continue reading

OJK: Dana Pensiun Belum Diterima secara Luas

OJK: Dana Pensiun Belum Diterima secara Luas

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

JAKARTA, KOMPAS.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sebaran program dana pensiun di perusahaan-perusahaan di Tanah Air belum merata. Untuk itu, program dana pensiun harus lebih dikembangkan.

Direktur Pengawasan Dana Pensiun OJK Heru Juwanto mengatakan budaya di Indonesia memicu hambatan berkembangnya dana pensiun. “Program dana pensiun perlu dijadikan program karena belum merata, tapi bekum berkembangnya dana pensiun juga karena budaya Indonesia,” kata Heru di Financial Club Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Budaya Indonesia yang dimaksud Heru adalah ketika telah memasuki masa pensiun, masyarakat Indonesia mengandalkan anak untuk merawat dan membantu secara finansial. Hal itu sebetulnya baik, tetapi Heru mengatakan tidak bisa mengharapkan anak atau cucu untuk hadapi masa tua. Continue reading

True Story: Suami dan Tangisan Kedua Seorang Istri

Ketika seorang suami meninggal, terkadang sang istri dibuatnya menangis DUA kali!

Jakarta, 9 Oktober 2012

“Mas, saya boleh titip plastik ini sebentar ya?”

tangis isteri

tangis isteri

Seorang ibu paruh baya mendatangi saya yang sedang menunggu di lobi sebuah perusahaan BUMN raksasa di kawasan Jalan Gatot Subroto Jakarta

“Boleh bu, taruh saja di sini”, jawab saya sambil menunjuk sebuah titik di dekat kaki saya.”

Tak lama kemudian sang ibu berjalan menuju meja resepsionis. Saya ikuti langkahnya dengan ekor mata saya sampai tak lama kemudian dia kembali menuju tempat saya berdiri dengan langkah gontai dan wajah yang muram

“Kenapa bu?”
“Iya, saya tidak boleh naik ke atas oleh pak satpam”
“Emang ibu dari mana?”
“Dari berobat di poliklinik, saya bawa barang dagangan buat orang, tapi saya gak boleh naik ke atas.”

Saya memperhatikan sekilas ibu ini, siapa ibu ini? Yang saya ketahui, hanya karyawan dan keluarga karyawan yang bisa berobat di poliklinik kantor ini. Rasa penasaran membawa saya mengajukan beberapa pertanyan sampai terkuak fakta bahwa ternyata dia istri seorang karyawan yang meninggal pada usia 34 tahun, tepat 10 tahun lalu.

Ya, suaminya meninggal.
Karena serangan jantung.
Dia usianya yang masih sangat muda….
Hmm, sekedar informasi kalau Anda penasaran karena apa dia meninggal : ROKOK!

Okelah, kita tinggalkan rokok dulu sejenak. Kali lain saya akan bahas lebih dalam soal barang laknat itu.

Sang almarhum, telah bekerja 14 tahun sebelum beliau meninggal. Perusahaan tempat dia bekerja memberikan uang duka sebesar Rp. 60 juta untuk istrinya. Mendapatkan uang Rp. 60 juta , ibu ini langsung memutuskan untuk membeli sebuah rumah di bilangan Ciledug karena sebelumnya mereka hanya mengontrak di daerah ini. Dan perlu dicatat, dia masih tetap mendapat uang pensiun bulanan.

Anaknya ada tiga, ketika meninggal putra bungsunya masih berusia 2 tahun.
Sang ibu berusia 32 tahun kala itu

Karena ternyata uang pensiun dari kantor tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari, si ibu berniat untuk memulai bisnis dengan modal dari hasil menjual rumah itu. Dan tahun 2004 akhirnya rumah itu dijual kembali dengan harga Rp. 80 juta. Jadi Rp. 40 juta untuk usaha dan Rp. 40 juta untuk kembali mengontrak rumah di Ciledug.

Hmmm, suara sang ibu suah mulai melirih…
Matanya mulai berkaca-kaca, tapi terlihat ketegaran di raut mukanya.

Dia mulai menceritakan tentang bagaimana bisnis yang dia rintis berakhir tragis. Dia merasa kegagalannya adalah karena tidak ada pengalaman usaha, sebagai informasi, si ibu memilih kredit elektronik sebagai bisnisnya. Banyak ditipu, banyak pembeli yang menghilang dan tidak membayar dan akhirnya berangsur habis.

Dia mulai berpikir kala itu agar uangnya tidak habis. Dan akhirnya pindah ke Rangkasbitung dengan membeli rumah seharga Rp. 30 juta. Ini adalah tempat tinggalnya sekarang. Dan saat ini dia berjualan pempek di sebuah SMP di Rangkasbitung,

Dan akhirnya saya tidak tahan untuk bertanya pada dia :
“Bawa apa sih di tas plastik ini bu?”

Krupuk! Sang ibu menjual krupuk untuk menutup buat ongkos perjalanannya dari rumah ke poliklinik saja. Tapi karena tidak bisa naik ke atas , maka sang ibu tidak dapat uang maksimal hari itu.

DUA KALI!

Tak cukup membuatnya menangis untuk kali pertama ketika sepulang dari pemakaman, dia menyadari bahwa ada sosok yang baik, ramah, tanggung jawab, lembut yang selama ini menyayanginya dan anak-anaknya secara tulus, saat ini sudah tiada lag

Hari berganti….
Minggu terlewati….
Bulan demi bulan…
Sampai akhirnya 2 tahun, dia mulai bisa terbiasa dengan kondisi ini.

Sampai akhirnya dia menangis lagi untuk kedua kalinya, dan kali ini tangisannya lebih memilukan dibanding yang pertama. Dia menangis, bahwa ternyata suaminya tidak meninggal sendiri. “DIA AJAK GAJINYA IKUT MENINGGAL BERSAMANYA!!”. Dan tabungan dari almarhum suaminya mulai menipis dan habis, barulah dia sadar bahwa ia perlu bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan.

Wahai para suami!
Keputusan Anda hari ini yang akan membuat istri Anda (insya Allah) tidak perlu menangis untuk kedua kalinya.
Sehingga ketika kita nanti sudah berpindah alam dan Tuhan memberikan kita kesempatan untuk melihat kondisi keluarga kita di dunia, Anda akan tersenyum dan tak perlu mengajukan permintaan pada Tuhan : “Ya Tuhan, kalau kiranya Kau berikan aku kesempatan untuk turun sejenak ke dunia, 5 menit saja, aku akan menemui agen asuransi yang dulu pernah datang pada saya, saya akan menandatangani kontrak asuransi jiwa syariah yang dibawanya….”

*diambil dari blog pribadi seorang teman: Gusnul Pribadi

Menyiapkan “Deposito Diri” Agar Keluarga Sejahtera

Menyiapkan “Deposito Diri” Agar Keluarga Sejahtera

KOMPAS.com – Kesadaran finansial tidak merata untuk keluarga di Indonesia. Padahal merencanakan keuangan penting, terutama bagi keluarga, untuk menuju sejahtera. Minimnya pengetahuan membuat banyak orang tidak merencanakan keuangan dengan baik. Alhasil, pendapatan yang diterima setiap bulannya terserap tanpa terencana atau bahkan tanpa target yang pasti.

“Banyak orang yang tidak memiliki target yang pasti, termasuk dalam perencanaan keuangannya, dalam rangka untuk mensejahterakan diri dan keluarganya. Padahal setiap orang butuh target yang jelas untuk membantunya meningkatkan kesejahteraan keluarga, terutama dalam perencanaan keuangan,” jelas Hendri Hartopo, Konsultan Independen Perencanaan Keuangan, kepada Kompas Female di sela jumpa pers Avrist Purple Movement, di Jakarta, Selasa (25/10/2011) lalu. Continue reading

Rencanakan Masa Depan Dana Pensiun Anda, Sekarang Juga!

Rencanakan Program Dana Pensiun Sejak Dini sangat penting bagi anda dan keluarga tercinta.

YOUR LIFE IS IN YOUR HAND – Setiap orang pasti akan pensiun, dan berapapun usia Anda sekarang ini, pensiun adalah momen yang akan Anda hadapi. Karena pensiun adalah suatu kepastian maka seyogyanyalah setiap orang mempersiapkan diri untuk memasuki era baru dalam kehidupan itu. Persiapan psikologis, mental-spiritual, kesehatan dan tentu saja finansial.

Setiap manusia pasti akan masuk suatu periode yaitu periode masa pensiun, suatu masa yang cukup terasa “MENAKUTKAN” apabila tidak dipersiapkan dengan baik sejak masih dini. Masa pensiun adalah masa di mana setiap hari adalah hari libur tetapi di masa hari libur tersebut Anda dan keluarga Anda masih tetap harus mengeluarkan uang setiap hari untuk proses bertahan hidup sampai suatu ketika Anda berpulang ke rahmat Tuhan. Continue reading

The Power of mind

hari tua

hari tua

setiap orang berjalan menuju masa tua. Namun kita bisa memilih :
1. menjadi tua dan menjadi beban anak cucu atau
2. menjadi tua ,namun tetap mandiri

Ada pribahasa yang mungkin kedengaran sudah usang,tapi sebenarnya tetap up to date untuk disimak dan diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan kita. “ Don’t wait ,untill to-morrow what you can do to day,because to-morrow maybe too late” . Jangan tunggu sampai besok,apa yang dapat dikerjakan pada hari ini,karena esok mungkin sudah terlambat.

Mengapa? Karena :
– menunda berarti membatalkan rencana.
– menunda berarti menutup peluang
– menunda berarti meliwatkan kesempatan
– menunda berarti tidak menggunakan hak pilih kita Continue reading

Sedia Payung Sebelum Hujan

Tahukah anda, disadari atau tidak kodrat manusia ingin melindungi diri pada ‘sesuatu’ hal yang mungkin akan terjadi di masa depan. Kita tidak tahu kapan waktunya tetapi pikiran dan perasaan kita memaksa untuk selalu berhati-hati dan waspada pada hal tidak terduga sehingga bertindak antisipasi untuk mengurangi dampaknya.

“Ihh … ngapain sih kamu bawa-bawa payung gede gini? Ribet tauk! “

“Kamu ini aneh banget ya … cuaca cerah gini kok nenteng payung kesana-sini. Kurang kerjaan aja deh …”

Ngomong-omong, anda pernah dikatain gitu ama teman ga? Sedia Payung Sebelum Hujan di saat musim hujan memang penting banget. Kita kan tidak pernah tahu kapan akan turun hujan jadi ya … buat persiapan aja deh. Kalau sewaktu-waktu ada ‘byuuurrrrrr’ air banyak banget turun hujan ya kita sudah siap siaga menghadapinya. Continue reading